“Teknologi Blockchain, Teknologi Masa Depan”
oleh Oscar Darmawan
Anggota Asosiasi FinTech Indonesia, CEO
dari Bitcoin dan Blockchain Indonesia (Bitcoin.co.id dan Blockchain.co.id)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebagai
negara yang sangat luas, Indonesia menghadapi dua tantangan utama di tengah berkembang pesatnya ekonomi dan pembangunan nasional, yaitu mendesaknya
keberadaan infrastruktur yang terpadu dan kredibilitas tata kelola berbagai
sektor. Kurangnya infrastruktur usaha, tingginya kasus korupsi di banyak sektor
dan masih kerap ditemuinya kesalahan manusia (human error) dalam pengelolaan
data – baik di sektor pemerintahan maupun swasta – adalah faktor-faktor yang
turut membentuk reputasi Indonesia di mata masyarakat global.
Terkait pengelolaan data, kendala untuk mewujudkan
akurasi terletak pada pendekatan sentralistik dari sistem berbasis internet
yang dibangun. Sistem perangkat lunak yang pada dasarnya dirancang untuk
mengirim data dari satu pihak ke pihak lainnya, membutuhkan satu server
terpusat sebagai penerbit dan pengelola data. Ketika terjadi gangguan pada
server, website tidak bisa diakses dan otomatis pengguna tidak dapat
menggunakan layanan secara optimal.
Sentralistik Menjadi
Desentralistik
Teknologi blockchain dilahirkan sebagai respon atas
kekhawatiran sejumlah pihak terhadap cara kerja software yang tersentralisasi.
Teknologi ini lahir pada tahun 2009 bersamaan dengan munculnya Bitcoin – mata
uang virtual yang menjadi tren saat ini. Teknologi blockchain adalah teknologi
yang mendasari berjalannya Bitcoin tanpa bergantung kepada server terpusat dan
dengan demikian terhindar dari resiko downtime. Sistem blockchain hadir dengan
mengubah pendekatan yang sentralistik menjadi terdesentralisasi.
Pada prinsipnya, teknologi blockchain mengkondisikan
setiap server yang menjalankan software ini membentuk konsensus jaringan secara
otomatis untuk saling mereplikasi data transaksi dan saling memverifikasi data
yang ada. Oleh karena itu, ketika salah satu server mengalami hack, server
tersebut dapat diabaikan karena dianggap memiliki data yang berbeda dengan
mayoritas jaringan server lainnya. Hal tersebut membuat teknologi blockchain
relatif jauh lebih kuat menghadapi serangan dibandingkan teknologi yang
tersentralisasi karena selalu ada minimal 1 server yang berjalan untuk
menangani transaksi.
Teknologi blockchain
memungkinkan konsensus jaringan untuk mencatat dan memvalidasi setiap transaksi
sehingga data yang sudah masuk tidak dapat dipalsukan, hilang atau rusak
sehingga tidak dapat dimanipulasi oleh penyedia jaringan. Analogi cara kerja
blockchain hampir sama seperti buku kas di bank yang mencatat semua transaksi
yang dilakukan oleh penggunanya. Perbedaannya, hanya pihak berwenang yang dapat
mengakses informasi transkasi di buku kas bank, sementara transaksi melalui
blockchain dapat dilihat oleh semua pengguna karena informasi yang dikumpulkan
juga didistribusikan ke semua orang yang menjalankan server. Selain itu, karena
akses server diberikan kepada semua orang, maka tidak ada pihak yang dapat
memalsukan atau pun memodifikasi transaksi. Disiapkan oleh Tak Sebatas Kegiatan
Keuangan Sektor yang pertama kali melakukan eksplorasi atas blockchain ini
tentunya adalah sektor keuangan. Bank OCBC misalnya, melakukan pilot transfer
antar cabang Singapura dan Malaysia yang terbukti hanya memakan waktu 5 menit
saja.
Bank Santander, salah satu yang terbesar di Inggris,
memproyeksikan teknologi ini bisa menghemat biaya operasional bank lebih dari
20 milyar dollar per tahun. Pada perkembangannya, teknologi blockchain juga
dimanfaatkan oleh sektor lain. Sony Global Education bekerjasama dengan IBM
menerbitkan artikel dan ijazah dalam jaringan blockchain sehingga ijazah
tersebut tidak dapat dipalsukan, rusak atau hilang.
Di sektor kesehatan, penerapannya dilakukan dalam
skala yang lebih luas oleh beberapa negara, salah satunya Estonia. Catatan atau
rekam medis satu pasien di rumah sakit A dapat diakses oleh rumah sakit B
ketika pasien tersebut dirawat di rumah sakit B, dalam waktu singkat karena
sudah tercatat dalam jaringan blockchain. Di sektor pangan, IBM melakukan
kolaborasi dengan produsen dan distributor makanan untuk mengurangi kontaminasi
dalam rantai suplai global.
Melalui blockchain, transaksi pangan di seluruh dunia
dapat terhimpun secara masif, sehingga jika terjadi kasus kontaminasi makanan,
maka sangat mudah bagi otorita terkait untuk melacak sumbernya dan melakukan
isolasi cepat. Contoh lain adalah Alibaba bekerjasama dengan Pricewaterhouse
Coopers untuk membantu menyelesaikan keamanan pangan China. Firma akuntansi dan
konsultansi Ernst & Young, di kasus berbeda, meluncurkan platform
blockchain untuk memfasilitasi skema kepemilikian mobil bersama atau shared car
ownership scheme.
Dengan demikian teknologi blockchain pada dasarnya
adalah sebuah ‘transkrip digital’ yang dibuat untuk menghindari penipuan, namun
di saat bersamaan memungkinkan akses bagi pihak ketiga sesuai keperluannya.
Teknologi yang masih tergolong sangat muda ini memang belum diterapkan di
seluruh bidang dan berbagai percobaan seputarnya terus dilakukan oleh banyak
perusahaan. Tetapi saya percaya di masa depan, teknologi blockchain akan
mengubah cara kerja sistem secara menyeluruh, di bidang keuangan dan juga
seluruh sektor industri. Sistem ini dipercaya efektif untuk mendorong
terwujudnya transparansi, keamanan dan keakuratan data transaksi.
0 comments:
Post a Comment